![]() |
http://id.tubgit.com |
Hampir setiap saat
bahkan setiap detik, kita sering dihadapkan pada sebuah pilihan terhadap
sesuatu yang menuntut kita untuk menentukan sikap dan mengambil keputusan. Apalagi
kalau pilihan itu semakin banyak ragam dengan daya tarik yang bervariasi pula.
Tentu akan lebih sulit. Begitu juga dengan diriku, sudah lama sekali aku dilema
antara tetap memelihara karakterku yang cenderung menutup diri dengan
batas-batas yang jelas antara jendela privasi dan jendela publik, atau mulai
membuka diri dengan semua umat manusia, dengan menyisakan ruang privasi yang
lebih sempit lagi. Karena menurut para ahli psikologi pembukaan diri menjadi
salah satu faktor pendukung kesehatan psikologis kita. Apalagi jika dengan
membuka diri itu kita dapat memberi inspirasi kebaikan bagi orang lain,
sehingga sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Mau opened atau closed adalah
pilihan hidup tentunya.
Sebagaimana dikatakan oleh Psychologists
Joseph Luft (1916-2014 dan Harrington Ingham (1916-1995) pada tahun 1955 silam
mereka menemukan formula The Johari Window (Johari: Joe and Harry). Suatu
teknik untuk membantu individu dalam memahami hubungannya antara dirinya dengan
lingkungan sosialnya. Semakin seseorang terbuka dan semakin jujur dalam
berelasi dengan orang lain maka semakin bagus kualitas hubungan orang tersebut.
Dalam konteks mengkomunikasikan diri
pribadinya, pada setiap orang terdapat 4 area, yakni Open (terbuka/
publik), Hidden/Defensive (tersembunyi/ pertahanan), Blind (buta),
dan area Unknown (tak dikenal/ tak diketahui).
1. Area
terbuka: hal-hal
yang diketahui diri sendiri maupun diketahui oleh orang lain. Misalnya,
seseorang tahu bahwa ia pekerja keras dan orang lain pun tahu hal itu.
2. Area
tersembunyi: hal-hal
yang diketahui oleh diri sendiri tetapi orang lain tidak mengetahuinya. Hal ini
disembunyikan oleh seseorang sebagai bentuk pertahanan diri sehingga apabila
orang tahu, ia khawatir akan memperburuk citra dirinya di mata orang lain.
Dengan kata lain, area tersembunyi berisi hal-hal yang ada dalam diri, tetapi
disembunyikan/ dirahasiakan dari orang lain. Misalnya, seseorang suka berbohong
dan hal ini tidak ingin diketahui orang lain.
3. Area
buta: hal-hal
yang tidak diketahui diri sendiri, tetapi justru orang lain mengetahuinya.
Misalnya, seseorang menganggap dirinya tidak percaya diri, sementara orang lain
menilainya sebagai orang yang penuh percaya diri.
4. Area
tidak dikenal: hal-hal yang tidak diketahui diri, juga tak diketahui oleh
orang lain. Misalnya, potensi-potensi diri yang belum tergali.
Kualitas personal seseorang akan semakin
bagus apabila ia semakin membuka diri. Hal ini bisa dicapai dengan cara
mendapatkan umpan balik (feedback)
dari orang lain. Jika seseorang mengemukakan sesuatu yang selama
ini tidak diketahui oleh orang lain, area tersembunyi terredusir. Demikian pula
jika orang lain mengemukakan sesuatu yang selama ini tidak diketahui oleh
seseorang, akan mempersempit area buta. Jika area tersembunyi dan area buta
sedikit demi sedikit terbuka, area terbuka akan semakin lebar. Hal ini
kemungkinan akan membuka pula area yang tidak pernah dikenal/diketahui.
Ilustrasi The Johari Window adalah sebagai berikut:
Sejak maraknya dunia Maya atau internet
dengan riasan Chatting, kemudian Blog dan terakhir Facebook dan media sosial
lainnya yang mempesona, Telah menarik naluri primitif kita sebagai makhluk
sosial yang ingin selalu berhubungan dan berinteraksi dengan sesamanya.
Interaksi sosial yang kita jalin dengan sesama, baik melalui interaksi langsung
tatap muka, maupun melalui dunia maya merupakan media yang akan menjembatani kita
pada pembukaan diri yang lebih luas, karena semakin banyak orang yang tahu,
kenal, dan akrab dengan kita, maka akan semakin terbuka jendela publik kita.
Semakin terbuka jendela publik kita, maka semakin kuat kita dituntut untuk
tampil apa adanya, tanpa topeng kepura-puraan, dan tidak menutup-nutupi
kebenaran yang ada pada diri kita.
Hal inilah yang menyadarkan diriku untuk
segera mengambil keputusan membuka jendela diri agar lebih terbuka pada orang
lain. Keterbukaan yang saya maksud, bukan hanya cerita dan sejarah pahit
manisnya hidupku, tetapi yang paling utama adalah semua gejolak dan unek-unek
yang menjadi buah pemikiran kita.
Including me, kesadaran tersebut kemudian
aku tuangkan dalam blogku yang kuberi judul “Chamelon” atau dalam bahasa kita
Bunglon. Bukan bermaksud negatif tetapi nama ini semata-mata dikonotasikan pada
kemampauan adaptasi kita dalam kehidupan ini. Sebagai sebuah kemampuan yang
sangat mahal tetapi krusial dalam menentukan kesuksesan hidup kita di dunia.
Karena setiap detai kehidupan kita intinya adalah menyesuaikan diri dengan
segala sesuatu yang kita hadapi.
Nah, salah satu hewan yang punya
kemampuan ini adalah Bunglon. Kenapa harus nama hewan in. Entah dalam memoriku
masa kecil binatang ini kuanggap fenomenal. Sejak kecil aku mengenal dan hewan
ini dan sering berinteraksi dengan mereka. Kebetulan rumahku di kampung dulu di
depannya banyak sekali pepohonan yang beraneka ragam. Sehingga hampir setiap
hari aku memperhatikan binatang yang sering datang dan berlalu-lalang di
pepohonan itu. salah satunya adalah Bunglon. Orang di kampungku memanggilnya
“Kamonduren” dengan kemampuan khasnya merubah warna kulitnya mengikuti
lingkungan yang di pijaknya. Seiring berlalunya waktu kekagumanku pada binaang
ini bukannya berkurang tetapi semakin bertambah, karena di beberapa tempat di
belahan benua ini ada yang beraneka ragam warnanya, bahkan ada yang Pink, Biru,
Ungu dan lainnya, woow amazing. Uniknya lagi binatang ini
sebenarnya tergolong jinak dan sedikit pemalu. Makanya ia akan berkamuflase
jika mencium keberadaan makhluk asing di sekitarnya, apalagi kalau merasa
dirinya terancam.
Ok, melalui media inilah aku berharap
bisa menanam kebaikan sebagai salah satu amal shedekahku untuk kehidupan yang
abadi di akherat kelak. Core design
dari mediaku ini adalah dapat memberi inspirasi sekaligus pencerahan bagi siapa
saja yang berkenan membacanya. Hari ini, detik ini juga, aku maknai adaptasi
dan penyesuaian diri sebagai bentuk proses yang selalu aktif, artinya dengan
label “Chamelon” tersebut aku berharap kita semua dapat beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan baik mengalir indah dengan irama nada yang cantik di
lingkungan kita.
Karena kalau kita masih terkungkung dalam
cangkang pemikiran kita yang cupet dan
sempit apalagi saklek, maka sikap kitapun akan kaku, rigid dan tidak fleksibel.
Apalagi kalau tanpa mau membuka diri dan belajar dari luar diri kita. Akan
semakin mempersempit ruang kita bergerak. Jangan takut dengan resikonya,
semuanya akan berjalan baik-baik saja jika kita dengan segenap jiwa raga menerima
dan menghadapi segalanya dengan keyakinan hati nurani yang mantab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar