Friday, May 09, 2025

Find Me

Kamis, 28 Juli 2016

Bunglonku...



http://id.tubgit.com
Hampir setiap saat bahkan setiap detik, kita sering dihadapkan pada sebuah pilihan terhadap sesuatu yang menuntut kita untuk menentukan sikap dan mengambil keputusan. Apalagi kalau pilihan itu semakin banyak ragam dengan daya tarik yang bervariasi pula. Tentu akan lebih sulit. Begitu juga dengan diriku, sudah lama sekali aku dilema antara tetap memelihara karakterku yang cenderung menutup diri dengan batas-batas yang jelas antara jendela privasi dan jendela publik, atau mulai membuka diri dengan semua umat manusia, dengan menyisakan ruang privasi yang lebih sempit lagi. Karena menurut para ahli psikologi pembukaan diri menjadi salah satu faktor pendukung kesehatan psikologis kita. Apalagi jika dengan membuka diri itu kita dapat memberi inspirasi kebaikan bagi orang lain, sehingga sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Mau opened atau closed adalah pilihan hidup tentunya.
Sebagaimana dikatakan oleh Psychologists Joseph Luft (1916-2014 dan Harrington Ingham (1916-1995) pada tahun 1955 silam mereka menemukan formula The Johari Window (Johari: Joe and Harry). Suatu teknik untuk membantu individu dalam memahami hubungannya antara dirinya dengan lingkungan sosialnya. Semakin seseorang terbuka dan semakin jujur dalam berelasi dengan orang lain maka semakin bagus kualitas hubungan orang tersebut.
Dalam konteks mengkomunikasikan diri pribadinya, pada setiap orang terdapat 4 area, yakni Open (terbuka/ publik), Hidden/Defensive (tersembunyi/ pertahanan), Blind (buta), dan area Unknown (tak dikenal/ tak diketahui).
1.   Area terbuka: hal-hal yang diketahui diri sendiri maupun diketahui oleh orang lain. Misalnya, seseorang tahu bahwa ia pekerja keras dan orang lain pun tahu hal itu.
2.  Area tersembunyi: hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri tetapi orang lain tidak mengetahuinya. Hal ini disembunyikan oleh seseorang sebagai bentuk pertahanan diri sehingga apabila orang tahu, ia khawatir akan memperburuk citra dirinya di mata orang lain. Dengan kata lain, area tersembunyi berisi hal-hal yang ada dalam diri, tetapi disembunyikan/ dirahasiakan dari orang lain. Misalnya, seseorang suka berbohong dan hal ini tidak ingin diketahui orang lain.
3.   Area buta: hal-hal yang tidak diketahui diri sendiri, tetapi justru orang lain mengetahuinya. Misalnya, seseorang menganggap dirinya tidak percaya diri, sementara orang lain menilainya sebagai orang yang penuh percaya diri.
4.   Area tidak dikenal: hal-hal yang tidak diketahui diri, juga tak diketahui oleh orang lain. Misalnya, potensi-potensi diri yang belum tergali.
Kualitas personal seseorang akan semakin bagus apabila ia semakin membuka diri. Hal ini bisa dicapai dengan cara mendapatkan umpan balik (feedback) dari orang lain. Jika seseorang mengemukakan sesuatu yang selama ini tidak diketahui oleh orang lain, area tersembunyi terredusir. Demikian pula jika orang lain mengemukakan sesuatu yang selama ini tidak diketahui oleh seseorang, akan mempersempit area buta. Jika area tersembunyi dan area buta sedikit demi sedikit terbuka, area terbuka akan semakin lebar. Hal ini kemungkinan akan membuka pula area yang tidak pernah dikenal/diketahui. Ilustrasi The Johari Window adalah sebagai berikut:

         
Sejak maraknya dunia Maya atau internet dengan riasan Chatting, kemudian Blog dan terakhir Facebook dan media sosial lainnya yang mempesona, Telah menarik naluri primitif kita sebagai makhluk sosial yang ingin selalu berhubungan dan berinteraksi dengan sesamanya. Interaksi sosial yang kita jalin dengan sesama, baik melalui interaksi langsung tatap muka, maupun melalui dunia maya merupakan media yang akan menjembatani kita pada pembukaan diri yang lebih luas, karena semakin banyak orang yang tahu, kenal, dan akrab dengan kita, maka akan semakin terbuka jendela publik kita. Semakin terbuka jendela publik kita, maka semakin kuat kita dituntut untuk tampil apa adanya, tanpa topeng kepura-puraan, dan tidak menutup-nutupi kebenaran yang ada pada diri kita.
Hal inilah yang menyadarkan diriku untuk segera mengambil keputusan membuka jendela diri agar lebih terbuka pada orang lain. Keterbukaan yang saya maksud, bukan hanya cerita dan sejarah pahit manisnya hidupku, tetapi yang paling utama adalah semua gejolak dan unek-unek yang menjadi buah pemikiran kita.
Including me, kesadaran tersebut kemudian aku tuangkan dalam blogku yang kuberi judul “Chamelon” atau dalam bahasa kita Bunglon. Bukan bermaksud negatif tetapi nama ini semata-mata dikonotasikan pada kemampauan adaptasi kita dalam kehidupan ini. Sebagai sebuah kemampuan yang sangat mahal tetapi krusial dalam menentukan kesuksesan hidup kita di dunia. Karena setiap detai kehidupan kita intinya adalah menyesuaikan diri dengan segala sesuatu yang kita hadapi.
Nah, salah satu hewan yang punya kemampuan ini adalah Bunglon. Kenapa harus nama hewan in. Entah dalam memoriku masa kecil binatang ini kuanggap fenomenal. Sejak kecil aku mengenal dan hewan ini dan sering berinteraksi dengan mereka. Kebetulan rumahku di kampung dulu di depannya banyak sekali pepohonan yang beraneka ragam. Sehingga hampir setiap hari aku memperhatikan binatang yang sering datang dan berlalu-lalang di pepohonan itu. salah satunya adalah Bunglon. Orang di kampungku memanggilnya “Kamonduren” dengan kemampuan khasnya merubah warna kulitnya mengikuti lingkungan yang di pijaknya. Seiring berlalunya waktu kekagumanku pada binaang ini bukannya berkurang tetapi semakin bertambah, karena di beberapa tempat di belahan benua ini ada yang beraneka ragam warnanya, bahkan ada yang Pink, Biru, Ungu dan lainnya, woow amazing. Uniknya lagi binatang ini sebenarnya tergolong jinak dan sedikit pemalu. Makanya ia akan berkamuflase jika mencium keberadaan makhluk asing di sekitarnya, apalagi kalau merasa dirinya terancam.
Ok, melalui media inilah aku berharap bisa menanam kebaikan sebagai salah satu amal shedekahku untuk kehidupan yang abadi di akherat kelak. Core design dari mediaku ini adalah dapat memberi inspirasi sekaligus pencerahan bagi siapa saja yang berkenan membacanya. Hari ini, detik ini juga, aku maknai adaptasi dan penyesuaian diri sebagai bentuk proses yang selalu aktif, artinya dengan label “Chamelon” tersebut aku berharap kita semua dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan baik mengalir indah dengan irama nada yang cantik di lingkungan kita.
Karena kalau kita masih terkungkung dalam cangkang  pemikiran kita yang cupet dan sempit apalagi saklek, maka sikap kitapun akan kaku, rigid dan tidak fleksibel. Apalagi kalau tanpa mau membuka diri dan belajar dari luar diri kita. Akan semakin mempersempit ruang kita bergerak. Jangan takut dengan resikonya, semuanya akan berjalan baik-baik saja jika kita dengan segenap jiwa raga menerima dan menghadapi segalanya dengan keyakinan hati nurani yang mantab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By