Monday, May 05, 2025

Find Me

Rabu, 05 April 2017

Mobilicak



Aku lebih suka istilah ini. Karena emang bentuknya dibuat menyerupai mobil, bahkan kemudinyapun seperti mobil, walaupun sepenuhnya digerakkan dengan kaki digowes. Makanya orang Jatim menyebutnya sepeda gowes. Di Jogja ada yang bilang sepeda tandem, atau kereta hias. Karena dinaiki rame-rame digowes bersamaan dan dihiasi lampu warna-warni.
Entahlah tidak diketahui dengan pasti, siapa pertama kali meluncurkan jenis kendaraan hiburan ini. Yang jelas kendaraan mainan ini menyehatkan serta seru dan menyenangkan ini. Menurutku ini adalah hasil kreativitas seseorang setelah lihat & terinspirasi odong-odong. Atau kereta-kereta di jalanan kampung yang dimodivikasi dari mobil-mobil lawas, yang banyak berseliweran di berbagai kampung di kota-kota di Indonesia.
Untuk Mobilicak atau sepeda tandem ini pengembangan dari odong-odong yang khusus diperuntukkan anak-anak. Biasanya berisi dua orang penumpang sampai delapan, yang mengayuh bersama. Dengan dihiasi berbagai lampu yang berwarna-warni. Dan menimbulkan keseruan untuk ditunggangi, apalagi bisa buat photo spot yang menarik, karena kaya akan ornament dan hiasan khas.
Kalau odong-odong biasanya berupa 4 buah boneka berbentuk binatang yang bisa ditunggangi dan dikayuh sepeda serta ada musik anak-anak yang mengiringi sebagai penarik, dan juga berkeliling kampong. Biasanya ada lagu-lagunya anak-anak yang diputar. Maka anak balita mana yang tidak ingin naik odong-odong. Pasti mereka dengan setia menunggu odong-odong lewat di depan rumah. Begitu juga dengan Raisha (anak perempuanku semata wayang). Awalnya dia nggak berani naik odong-odong, waktu itu umurnya baru 2.5 tahun. Setelah usia 3 tahunan barulah ia berani, dan sekali merasakan asyiknya naik odong-odong, wah dia langsung menjadi pelanggan tetap. Sehingga setiap ketemu odong-odong pastilah dia merengek minta naik, walau sekejap. Saat ini, ketika usianya sudah 4.5 tahun, tubuhnya yang bongsor, membuatnya ditolak oleh tukang odong-odong yang bentuk dudukan bonekanya kecil, karena bisa patah kalau dinaikin Raisha. Sedangkan yang besar jarang sekali ada. Jadilah Raisha sendiri sekarang agak malu kalau naik odong-odong. Karena dibilang dia sudah besar. Padahal setiap pagi dan sore ia menjadi pelanggan setia odong-odong yang lewat di depan rumah.
Odong-odong sendiri menurut kovoid.blogspot.co.id. berasal dari Sunda yang berarti sisingaan (berupa sepasang singa boneka) yang dipanggul dan dimainkan sore hari. Biasanya beberapa pemuda memanggul boneka yang diarak di jalan. Dan ada anak kecil yang menungganginya. Dari sinilah kemudian menjadi odong-odong yang dikayuh menggunakan sepeda yang berpedal. Konon sejak awal tahun 2000an, Helicak terus berkembang, dan hingga saat ini sudah hampir seluruh Jawa di setiap alun-alun kota dan pusat keramaian, pasti ada kendaraan ini.
So...jangan lewatkan, kendaraan ini. Karena di setiap tempat keramaian atau tempat wisata, pasti ada kendaraan ini. Bahkan kendaraan-kendaraan ini menjadi ikon-ikon di beberapa tempat wisata dengan cirri kekhasannya masing-masing. Kalau kalian menikmati bersama keluarga atau pasangan, pasti sangat asyik dan seru. Apalagi ini Cuma ada di Indonesia, berbeda sekali dengan kendaraan Thuk-Thuk yang ada di Thailand (digerakkan oleh mesin mobil). Kalau ini pake energy manusia bro. sehat dah pokoknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By