Cinta
Sejati hadir, biasanya ketika untuk pertama kalinya kita merasakan jantung
berdebar kencang, bahkan berhenti berdetak untuk beberapa saat. Lidahpun terasa
kelu, serba salah tingkah (hingga merasakan seluruh tubuh tidak berfungsi
secara sempurna). Namun, cinta sejati jua, yang membuat kita mampu merangkai
kata-kata indah, membuat kita selalu bersemangat, optimis bahkan berani dalam
segala hal dan situasi.
Tapi
Cinta Sejati tidak sesederhana itu. Cinta Sejati seharusnya tanpa syarat.
Seperti cintanya Wardhah Hani sama Illahi Rabbi. Beliau lantunkan dalam
bait-bait syairnya. "aku mencintai-Mu ya Allah hanya mengharap ridhoMu,
jadi jika aku mencintai-Mu karena takut akan nerakamu, maka masukkan aku ke
neraka-Mu, dan jika aku mencintaimu karena surga-Mu maka jangan Kau masukkan
aku ke dalam surga-Mu". Begitulah gambaran Cinta Sejati dari seorang hamba
kepada Tuhannya Sang Pencipta. Tanpa pamrih dan tidak mengharap balasan apapun,
apalagi tuntutan.
Bagaimana
Cinta Sejati antar manusia. Baiklah, coba kita renungkan lagi, Allah SWT
menganugerahi perasaan cinta, tetapi tidak banyak yang mampu memaknai cinta
dengan benar. Sehingga tidak sedikit di antara kita yang kecewa, sakit hati,
bahkan bunuh diri atas nama cinta.
Ya...Cinta
Sejati antar manusiapun seharusnya tanpa syarat. Ketika kita mencintai
seseorang (when we fall in love with someone). Maka, seharusnya kita tidak
berharap apapun dari orang yang kita cintai kecuali kebahagiaan dari orang yang
kita cintai. Sehingga apapun yang kita lakukan, hanya agar orang yang kita
cintai bahagia, tidak ingin membuatnya sedih apalagi kecewa. Kita akan
melakukan segala sesuatu yang terbaik demi orang yang kita cintai (bahkan
sebelum orang yang kita cintai mengutarakan keinginannya, kita sudah dapat
memperkirakan dan mempersiapkan terwujudnya).
Contoh
sederhana, jika kita janjian dengan Cinta Sejati kita, Maka kita akan melakukan
persiapan sebaik mungkin. Bahkan beberapa saat sebelum nya kita udah stand by,
tidak mau membuatnya menunggu, apalagi menggagalkannya. Makanya, jika memang
benar cinta sejati, pastinya akan terus berusaha agar tidak membuat cintanya
bersedih, kecewa apalagi sakit hati.
Kitapun
tidak layak menuntut ini atau itu, apalagi memberatkan dan di luar kapasitas
kemampuan orang yang kita cintai. Kita seharusnya mencintainya dengan tulus apa
adanya bukan ada apanya (bukan karena keelokan rupa atau keindahan ragawi)
apalagi materi. Karena itu semua tiada abadi. Bagaimana jika itu semua sudah
berlalu seiring bertambahnya usia dan menurunnya produktifitas. Pastilah Cinta
itu akan berkurang, luntur bahkan musnah, seiring munculnya keluhan-keluhan
(kurang inilah, kurang itulah).
Cinta
Sejati juga seharusnya tidak harus saling memiliki. Artinya ketika kita
mencintai seseorang bukan berarti kita sudah atau harus memilikinya. Kalau kita
sudah memiliki hasrat memiliki terhadap orang yang kita cintai. Berarti itu
pamrih atau bersyarat. Beresiko besar, kenapa? Jika cinta kita ditolak, atau
orang yang kita cintai memilih orang lain. Bukankah kita akan merana dan
kecewa. Seharusnya kita merelakannya demi kebahagiaan orang yang kita cintai.
Bagaimana
dengan kita yang sedang menjalin hubungan atau memiliki ikatan dengan
seseorang. Tentu saja sama, cobalah kita belajar untuk mencintainya dengan
sepenuh jiwa raga (bahasanya pujangga). Memupuk dan memeliharanya menjadi Cinta
Sejati yang sesungguhnya. Sehingga, jika Cinta Sejati itu telah terwujud, Maka,
seharusnyalah kita selalu mengupayakan kebahagiaanya, apapun yang terjadi.
Karena kebahagiaanya adalah kebahagiaan kita. Sehingga jika dalam perjalanan,
ternyata memilih yang lain sebagai pendamping hidupnya. Maka dengan segenap
jiwa raga pula kita menerimanya. Karena, Cinta Sejati tanpa syarat, tanpa
mengharap pamrih apapun dari orang yang dicintainya. Kecuali kebahagiaan dari
orang yang kita cintai. Walaupun sakitnya tidak hanya "di sini"
(dimana-mana). Dengan lapang dada kita merelakannya demi melihatnya bahagia
dengan pilihannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar