Find Me

Sabtu, 14 November 2020

Green screen adalah layer berwarna hijau yang biasa digunakan dalam pembuatan video atau film. Sudah jamak digunakan, baik untuk merubah background ataupun untuk memanipulasi objek-objek tertentu yang bisa menghasilkan ilustrasi menakjubkan. Konsep warna hijau sebenarnya karena pada tubuh manusia tidak ada warna tersebut. Sehingga warna yang kontras dengan unsur-unsur warna yang tidak ada pada diri manusia, dapat difungsikan sebagai green screen, misalnya pink. Tetapi karena sudah umum sejak dulu, kita sudah biasa menggunakan warna hijau (baik dari bahan kain ataupun cat dinding hijau).

 

Untuk pengaplikasian green screen sendiri sebenarnya sangat mudah sekali. Tinggal menggunakan aplikasi editing video yang banyak di internet (Filmora, Kine Master, Power Director, VN Esthetic, Catamsa, dan lain sebagainya). Biasanya di setiap aplikasi editing video tersebut ada fitur Kunci Croma yang digunakan khusus untuk aplikasi green screen ini. Biasanya untuk merubah background. Dengan menekan tombol Croma, nanti tinggal mencocokkan warna di croma dengan backgroundnya, dan disetting untuk menghasilkan perubahan background yang terbaik.

 

Jadi, green screen ini, seandainya dalam kehidupan kita juga ada green screen, mungkin hamper setiap manusia yang hidup ini, akan menggunakan green screen tersebut untuk me-reset masa lalunya, mereka akan menghapus kenangan pahit dan sedih di masa lalu. Masa lalu adalah background kehidupan manusia. Jadi kalau sang Pencipta membekali kita dengan kemampuan seperti green screen ini. Maka, sudah dipastikan tidak akan disia-siakan oleh manusia. Karena memang manusia itu cenderung ingin membuang kenangan buruk, pahit atau traumatic, karena membuat diri mereka merasa tidak nyaman, dan menghambat perkembangan kehidupannya, jika mengenang masa lalu yang pahit tersebut. Tidak sedikit yang berusaha membuang atau melupakan masa lalu yang pahit tersebut. Bahkan ada beberapa di antaranya berusaha membuangnya dan tidak mengakui sebagai bagian dari kehidupannya. Sayangnya, semua itu sia-sia belaka. Karena masa lalu sepahit dan segetir apapun, akan tetap menjadi bagian dari diri kita, kita tidak bisa membuangnya.

 

Entahlah, menurutku, jika Tuhan melengkapi kita dengan perangkat green screen, maka hidup kita mungkin akan monoton, tidak ada dinamika asyiik, sedih dan luka. Dan mungkin sifat Pencipta yang maha penyayang dan pengasih, akan nganggur tidak terpakai, karena manusia sudah dipenuhi cinta kasih yang diinginkannya. Karena sudah direset oleh green screen.

 

Jadi, sobat-sobatku, daripada berandai-andai dan melamun ke masa lalu, mending dari sekarang kita katakana “yang lalu biarlah berlalu”. Yang terpenting adalah saat ini dan yang akan datnag. Ini adalah fakta riil yang harus disadari oleh kita semuanya. Sehingga kita focus mengisi kehidupan saat ini dan yang akan dating. Apalagi tidak ada manusia sempurna di dunia ini. Dengan fokus pada saat ini, dan berusaha meraih target-target masa depan, maka hidup kita akan lebih bermakna dan memberikan kebahagiaan tersebndiri.

Read more ...

Kamis, 05 November 2020

STORY TELLING

    Dunia anak itu selain bermain, juga syarat akan imaginasi. Anak tanpa distimulasi pun terkadang berimajinasi sendiri. Bahkan terkadang tanpa disadari maupun disadarinya, anak terkadang berimaginasi sendiri saat berkomunikasi dengan orang lain atau di dalam keluarganya. Saat menyampaikan sesuatu, dimana sesuatu itu sebenarnya pendek, oleh anak terkadang dikembangkannya sendiri. Bahkan tidak jarang mereka mengarang ceritanya sendiri. Misalnya saat ia menceritakan mimpinya, cerita tentang mimpinya banyak sekali dibumbui hal-hal yang selingkali tidak logis. Atau saat anak sedang bermain dengan alat-alat permainannya, bisa berjam-jam anak bicara sendiri dan berdialog asyik dengan mainannya. Itu sebenarnya imaginasi yang sangat menarik dan perlu disupport dan didukung, bahkan kalua perlu didengarkan dan ditulis. Dan dipelajari Bersama untuk dapat dirangkai menjadi sebuah cerita indah yang renyah untuk dinikmati.

Sayangnya terkadang perilaku anak yang demkian, berbicara dengan mainannya, atau mengarang-ngarang cerita yang tidak logis. Oleh orang dewasa (orang tua) dianggap perilaku yang kurang baik, dan disuruh diam. Hal itu sebenarnya justru mematikan daya imaginasi yang sangat dekat dengan kreativitas. Ketika dilarang, sebenarnya secara tidak langsung itu menyuruh anak berhenti berpikir (berimajinasi). Yang secara tidak langsung akan berdampak terhadap perkembangan otaknya dalam memahami hal-hal yang abstrak. Karena sebenarnya Ketika mereka berimajinasi tersebut, pada saat itu pula anak sedang melatih kemampuan otaknya. Maka dari itu, sebagai orang dewasa harusnya memahami hal ini, apalagi mereka sudah pernah mengalami masa kecil. Dimana keasyikan berimajinasi itu memberikan kepuasan tersendiri bagi anak, karena memang itulah dunia mereka.

Salah satu aktivitas yang dapat membangkitkan dan mengembangkan imaginasi anak, adalah story tellingStory telling jika dilihat dari segi Bahasa memiliki arti cerita dan menceritakan, yang berarti Echols (1975). Secara istilah story telling menurut Malan (1991). Adalah upaya yang dilakukan oleh pencerita (orang yang bercerita) untuk menyampaikan cerita kepada anak secara lisan, yang di dalamnya mengandung isi perasaan dan pikiran. Awalnya story telling ini hanya ditjukan untuk menghibur atau mengajarkan sesuatu kepada generasi muda agar lebih mudah. Dewasa ini, story tellingberkembang menjadi media terapi psikologi yang terbukti mampu memberikan efek positif terhadap beberapa masalah psikologi. Karena dengan story telling konsep berpikir anak akan berkembang hingga sampai ke taraf analisis. 

Salah satu bentuk cerita yang sering kita alami di masa Cecil adalah dinging pengantar tidur. wah kalas sudah orang tua kita meninabobokkan kita dengan dongeng pangeran atau putri. maka fantasi Anak akan melambung ke cakrawala. 

Penelitian Joseph Campbell (dalam The Golden Surprice 2014) terkait story telling yang terkumpul dalam jurnal kuliahnya di tahun 1980-an, yakni “Transformation of Myth Throught Time” menyatakan bahwa story sangat kaya akan pesan dan pembelajaran hidup. Collin (dalam Isbell dkk., 2004) juga menegaskan bahwa banyak kegunaan di dalam pendidikan utama anak. Story menyediakan suatu kerangka konseptual untuk berpikir, yang menyebabkan anak dapat membentuk pengalaman menjadi keseluruhan yang dapat mereka pahami. Story menyebabkan mereka dapat memetakan secara mental pengalaman dan melihat gambaran di dalam kepala mereka. 

Penelitian Robertson & Karagiogiz (2004) terkait bagaimana reaksi anak pada story telling. Khususnya terkait pandangan gender di dalam cerita, dan pemahaman mereka terhadap cerita, serta pendapat mereka pada karakter-karakter dalam cerita. Dimana subjeknya adalah anak-anak pre-adolesen keturunan Yunani yang tidak dapat berbahasa Yunani terhadap cerita-cerita Yunani. Cerita yang disampaikan ada dua judul, yakni (1) Chrisofeggaraki bercerita tentang seorang wanita yang harus melarikan diri dari rumah karena selalu diincar untuk dibunuh oleh kakak-kakaknya sendiri. Selama dalam pelariannya, Chrisofeggaraki mencoba bertahan dengan adanya cobaan-cobaan yang menghadangnya; (2) The Greek Children bercerita tentang perjuangan kakak beradik George dan Maria dalam melawan musuhnya Master Agas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui story telling dengan menggunakan cerita-cerita rakyat dan diiringi oleh pertanyaan-pertanyaan yang terarah, membuat anak mampu menganalisa cerita tersebut dan menceritakan kembali pendapat mereka. Cara subjek memaknai cerita itu dikaitkan dengan hubungan antar keluarga, ketika membaca bacaan pertama, anak mampu mengatakan bahwa kakak adik seharusnya tidak saling menyakiti dan seharusnya saling mendukung. Reaksi umum terhadap bacaan kedua adalah bahwa bagi siswa laki-laki dan perempuan, George merupakan pahlawan yang mempunyai keberanian dan keteguhan; sedangkan bagi siswi perempuan, Maria merupakan tokoh yang mempunyai keteguhan tinggi, kemauan yang keras dan determinasi yang kuat. 

Jadi story telling sangatlah berguna bagi anak untuk mengembangkan konsep diri dan karakter, karena anak akan mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh yang disukainya dalam cerita. Dan umumnya menyukai karakter yang baik dan heroic.

 

 

Read more ...
Designed By