Kala senja menjelang
Lembayung menggantung di ufuk Barat
Beranjak naik berganti kelabu
Sementara, unggas yang biasa bernyannyi
Lantunkan syair-syair indah menghilang
Ditelan gelapnya malam menjelang
Hanya kesunyian yang tersisa
Merasuk relunghati yang terluka,
hampa...
Impian yang mendamba
Pudar diseret dingin yang membekukan
badan
Akankah begini seterusnya....?
Padahal sudut mataku
Masih menangkap kerlip cayaha dikejauhan
Lamat mendekat menyentuh sisi luar pandangan
Seakan memaksa hasrat terpuruk dibelai senyap dingin
Mungkin...biar pupus....
Segenap ragu yang menghadang
Segala segala tanya yang terlontar
Setiap luka yang menganga
Seluruh duka yang mendalam
Harusnya ... yakin..suatu saat....
Mungkin nanti atau esok hari
Mungkin sewindu atau satu purnama
Mungkin semusim atau setahun
Mungkin satu repelita atau dasawarsa
Mungkin juga satu periode atau masa
Kan terangi jalanku....
Menegaskan tapakku..
Mewarnai hidupku...
Menulis sejarahku...
Harusnya....paling tidak ...
Akan ada cahaya..
Yang membias di dinding kalbuku
Menerangi sukma dan jiwaku..
Hingga benderang mengikis temaram
Dari gelap terbitlah terang
Bahagiapun menjelang
Aamiiin ya Rabb...
Jember, 13-2-1993
Keterangan: Puisi ini kutulis
sekitar tahun 23 tahun silam, tepatnya menjelang malam tanggal 13 Februari
1993. Waktu itu masih duduk di kelas 2 SLTA. Dan hobbinya baca buku fiktif dan
novel serta membuat puisi. Alhamdulillah beberapa puisiku seringkali juara Mading
di sekolah (MAN 2 Jember) lumayan hadiahnya peralatan sekolah dan buku. Kebetulan
waktu itu masih masa-masa sulit dalam segala hal. Sehingga kehidupan seakan
belum berpihak terhadapku. Jauh dari orang tua yang merantau mencari rezeki,
dan hidup dalam kondisi serba kekurangan. Saya yakin puisi ini masih mewakili
hati yang sedih atau terluka di sepanjang masa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar