Wednesday, May 14, 2025

Find Me

Selasa, 04 April 2017

Pokemon Go



Pada bulan Juli lalu di Facebook, saya pernah membuat status terkait kekawatiran terhadap maraknya game “Pokemon Go”. Kurang lebih status saya adalah begini: Aku sih taunya "POKOKMEN". Tapi bukan itu yang kumaksud. Yang jelas yang namanya game pastilah bukan hanya hiburan tapi juga berdampak addicted (kecanduan) sampai lupa waktu bahkan kehilangan kontak dengan realitas.

Walaupun yang menjadi sasaran empuk generasi yang kesulitan mengisi waktu luang dengan hal positif atau kebanyakan waktu luang. Sehingga iseng main game, mulai solitere sampai game strategic. Hingga yang booming Pokemon. Karena yang main bisa bergerak leluasa mencari Pokemon ke sana ke Mari (dianggap lebih menantang). Tapi semuanya gak bisa dibiarkan begitu saja. Wong Dari adidicted nya saja udah masuk kategori gangguan jiwa.

Sebenarnya di era kemajuan teknologi ini. Kita gak usah kebakaran jenggot. Justru harus semakin menambah kemampuan literacy media kita. Karena sudah satu paket teknologi akan dibarengi konsekuensi.

Dulu ketika nonton filmnya Will Smith "Enemy Of The State". Udah kebayang bagaimana kamera satellite 3D mampu menampilkan seluk beluk dimana kita berada. Bahkan dalam gambar empat dimensi. Wong google map & earth aja sekarang udah semakin canggih. Dengan jumlah kamera yang sangat luar biasanya.
Ilustrasi ini seharusnya menyadarkan kita, bahwa dunia cyber akan begitu kuat menggerus segenap tatanan yang ada, di samping kebermanfaatannya tentunya. Mungkin dalam seminggu ke depan akan bermunculan spanduk dan tanda "TIDAK BOLEH MENCARI POKEMON DI TEMPAT INI". Lucu juga kalo di tempat-tempat tertentu ketambahan tanda-tanda ini. Jelas gak efisien.

Bagiku itu tidaklah cukup. Akan sama dengan pornografi di internet yang sampai sekarang terus mengalir. Tampa campur tangan pemerintah mengblock segala hal yang mengancam bangsa. Baik ancaman terhadap moral, keamanan dan stabilitas. Kalo ternyata negara tidak mampu bersikap tegas melarang. Berarti tinggal kita secara sadar menguatkan karakter bangsa melalui nilai-nilai agama dan kearifan lokal. Karena kalo kita punya karakter, sedikit banyak akan mampu mengcounter segala serangan yang ada. Minimal mencegah generasi alay yang hanya suka latah, tanpa paham esensi dan substansi.

Ke depan mungkin akan banyak hal krusial dan berbahaya yang melebihi Pokemon ini seiring kemajuan teknologi. Makanya kita harus siap. Sehingga memiliki imunitas yang kuat terhadap kemungkinan yang mengancam.

Ternyata apa yang saya kawatirkan tidaklah seluruhnya benar. Karena ternyata game ini tidak menjadi trend yang lama. Hanya-gamer-gamer tertentu saja yang memang suka. Ternyata factor minat dan kegemaran juga berperan untuk memainkan game ini. Karena ternyata tidak semua remaja dan orang dewasa jadi keranjingan game ini. Artinya dalam banyak hal ternyata, kembali ke trend dan segmennya masing-masing. Kemunculannya hanya sensasional membuat banyak orang ingin mencoba, tetapi lama-kelamaan banyak yang tidak bertahan lama. Tinggal yang maniak-maniak saja.

Maka, larangan main pokemon go, di beberapa tempat, ternyata juga tidak meluar, orang sudah tidak membicarakan monster-monster lucu atau memburunya. Hal ini bisa dilihat dari sekeliling kita, di banding awal kemunculannya. Apalagi pemberitaan di media juga sudah tidak terdengar lagi. Sebagaimana yang diberitakan di Kompas, bahwa di awal peluncurannya pada Juli lalu, Pokemon Go langsung menyita perhatian global. Game keluaran Niantic dan Nintendo itu dimainkan berbagai kalangan, baik muda maupun tua, masyarakat biasa hingga selebritas papan atas. Puncak kejayaan Pokemon Go tercatat pada pertengahan Juli lalu. Jumlah pengguna aktif hariannya kala itu berada di kisaran 45 jutaan. Setelah itu, grafiknya mulai menurun.

Menurut data Apptopia yang dikutip KompasTekno dari Ubergizmo, Rabu (24/8/2016), pengguna aktif harian Pokemon Go saat ini tinggal 30 jutaan. Tak ada tanda-tanda grafik itu bakal mendekati angka 45 jutaan lagi. Meski demikian, Pokemon Go masih tercatat sebagai game mobile paling populer saat ini. Hanya saja, tren penurunan yang tercatat mengindikasikan masyarakat luas mulai jenuh dengan game berbasis augmented reality tersebut.
Hal ini sesuai dengan prediksi beberapa pengamat di kala Pokemon Go masih di atas angin. Menurut mereka, kesuksesan instan yang diperoleh Pokemon Go bisa jadi tak bertahan lama. Pasalnya, masyarakat di era teknologi mudah terpengaruh penyebaran informasi di internet. Ketika banyak yang membicarakan Pokemon Go, orang-orang bakal tergerak untuk mencoba permainan tersebut.

Lama-kelamaan, bakal tersaring sendiri pemain Pokemon Go sejati dan yang hanya ikut-ikutan. Hal ini yang perlu dipikirkan lebih lanjut oleh Niantic dan Nintendo. Di industri teknologi, para pelaku dituntut untuk terus berinovasi. Pokemon Go pun telah beberapa kali diperbarui agar pengguna tak bosan dan kualitas permainan lebih baik. Pembaruan itu antara lain dari segi antarmuka dan performa game. Niantic telah sesumbar bakal meluncurkan beberapa fitur baru yang menambah keseruan Pokemon Go.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By