Pada bulan Juli lalu di Facebook,
saya pernah membuat status terkait kekawatiran terhadap maraknya game “Pokemon
Go”. Kurang lebih status saya adalah begini: Aku sih taunya
"POKOKMEN". Tapi bukan itu yang kumaksud. Yang jelas yang namanya
game pastilah bukan hanya hiburan tapi juga berdampak addicted (kecanduan)
sampai lupa waktu bahkan kehilangan kontak dengan realitas.
Walaupun yang menjadi sasaran
empuk generasi yang kesulitan mengisi waktu luang dengan hal positif atau
kebanyakan waktu luang. Sehingga iseng main game, mulai solitere sampai game
strategic. Hingga yang booming Pokemon. Karena yang main bisa bergerak leluasa
mencari Pokemon ke sana ke Mari (dianggap lebih menantang). Tapi semuanya gak
bisa dibiarkan begitu saja. Wong Dari adidicted nya saja udah masuk kategori
gangguan jiwa.
Sebenarnya di era kemajuan
teknologi ini. Kita gak usah kebakaran jenggot. Justru harus semakin menambah
kemampuan literacy media kita. Karena sudah satu paket teknologi akan dibarengi
konsekuensi.
Dulu ketika nonton filmnya Will
Smith "Enemy Of The State". Udah kebayang bagaimana kamera
satellite 3D mampu menampilkan seluk beluk dimana kita berada. Bahkan dalam
gambar empat dimensi. Wong google map & earth aja sekarang udah semakin
canggih. Dengan jumlah kamera yang sangat luar biasanya.
Ilustrasi ini seharusnya
menyadarkan kita, bahwa dunia cyber akan begitu kuat menggerus segenap
tatanan yang ada, di samping kebermanfaatannya tentunya. Mungkin dalam seminggu
ke depan akan bermunculan spanduk dan tanda "TIDAK BOLEH MENCARI POKEMON
DI TEMPAT INI". Lucu juga kalo di tempat-tempat tertentu ketambahan tanda-tanda
ini. Jelas gak efisien.
Bagiku itu tidaklah cukup. Akan
sama dengan pornografi di internet yang sampai sekarang terus mengalir. Tampa
campur tangan pemerintah mengblock segala hal yang mengancam bangsa. Baik
ancaman terhadap moral, keamanan dan stabilitas. Kalo ternyata negara tidak
mampu bersikap tegas melarang. Berarti tinggal kita secara sadar menguatkan
karakter bangsa melalui nilai-nilai agama dan kearifan lokal. Karena kalo kita
punya karakter, sedikit banyak akan mampu mengcounter segala serangan yang ada.
Minimal mencegah generasi alay yang hanya suka latah, tanpa paham esensi dan
substansi.
Ke depan
mungkin akan banyak hal krusial dan berbahaya yang melebihi Pokemon ini seiring
kemajuan teknologi. Makanya kita harus siap. Sehingga memiliki imunitas yang
kuat terhadap kemungkinan yang mengancam.
Ternyata apa
yang saya kawatirkan tidaklah seluruhnya benar. Karena ternyata game ini tidak menjadi
trend yang lama. Hanya-gamer-gamer tertentu saja yang memang suka. Ternyata factor
minat dan kegemaran juga berperan untuk memainkan game ini. Karena ternyata
tidak semua remaja dan orang dewasa jadi keranjingan game ini. Artinya dalam banyak
hal ternyata, kembali ke trend dan segmennya masing-masing. Kemunculannya hanya
sensasional membuat banyak orang ingin mencoba, tetapi lama-kelamaan banyak
yang tidak bertahan lama. Tinggal yang maniak-maniak saja.
Maka,
larangan main pokemon go, di beberapa tempat, ternyata juga tidak meluar, orang
sudah tidak membicarakan monster-monster lucu atau memburunya. Hal ini bisa
dilihat dari sekeliling kita, di banding awal kemunculannya. Apalagi pemberitaan
di media juga sudah tidak terdengar lagi. Sebagaimana yang diberitakan di
Kompas, bahwa di awal peluncurannya pada
Juli lalu, Pokemon Go langsung menyita perhatian global. Game keluaran
Niantic dan Nintendo itu dimainkan berbagai kalangan, baik muda maupun tua,
masyarakat biasa hingga selebritas papan atas. Puncak kejayaan Pokemon Go
tercatat pada pertengahan Juli lalu. Jumlah pengguna aktif hariannya kala itu
berada di kisaran 45 jutaan. Setelah itu, grafiknya mulai menurun.
Menurut
data Apptopia yang dikutip KompasTekno dari Ubergizmo, Rabu
(24/8/2016), pengguna aktif harian Pokemon Go saat ini tinggal 30
jutaan. Tak ada tanda-tanda grafik itu bakal mendekati angka 45 jutaan lagi. Meski
demikian, Pokemon Go masih tercatat sebagai game mobile paling
populer saat ini. Hanya saja, tren penurunan yang tercatat mengindikasikan
masyarakat luas mulai jenuh dengan game berbasis augmented reality
tersebut.
Hal
ini sesuai dengan prediksi beberapa pengamat di kala Pokemon Go masih di
atas angin. Menurut mereka, kesuksesan instan yang diperoleh Pokemon Go
bisa jadi tak bertahan lama. Pasalnya, masyarakat di era teknologi mudah
terpengaruh penyebaran informasi di internet. Ketika banyak yang membicarakan Pokemon
Go, orang-orang bakal tergerak untuk mencoba permainan tersebut.
Lama-kelamaan,
bakal tersaring sendiri pemain Pokemon Go sejati dan yang hanya ikut-ikutan.
Hal ini yang perlu dipikirkan lebih lanjut oleh Niantic dan Nintendo. Di
industri teknologi, para pelaku dituntut untuk terus berinovasi. Pokemon Go
pun telah beberapa kali diperbarui agar pengguna tak bosan dan kualitas
permainan lebih baik. Pembaruan itu antara lain dari segi antarmuka dan
performa game. Niantic telah sesumbar bakal meluncurkan beberapa fitur baru
yang menambah keseruan Pokemon Go.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar