Find Me

Selasa, 09 Agustus 2016

Rentang Luka

Kala senja menjelang
Lembayung menggantung di ufuk Barat
Beranjak naik berganti kelabu
Sementara, unggas yang biasa bernyannyi
Lantunkan syair-syair indah menghilang
Ditelan gelapnya malam menjelang

Hanya kesunyian yang tersisa
Merasuk relunghati yang terluka, hampa...
Impian yang mendamba
Pudar diseret dingin yang membekukan badan

Akankah begini seterusnya....?
Padahal sudut mataku
Masih menangkap kerlip cayaha dikejauhan
Lamat mendekat menyentuh sisi luar pandangan
Seakan memaksa hasrat terpuruk dibelai senyap dingin

Mungkin...biar pupus....
Segenap ragu yang menghadang
Segala segala tanya yang terlontar
Setiap luka yang menganga
Seluruh duka yang mendalam

Harusnya ... yakin..suatu saat....
Mungkin nanti atau esok hari
Mungkin sewindu atau satu purnama
Mungkin semusim atau setahun
Mungkin satu repelita atau dasawarsa
Mungkin juga satu periode atau masa
Kan terangi jalanku....
Menegaskan tapakku..
Mewarnai hidupku...
Menulis sejarahku...


Harusnya....paling tidak ...
Akan ada cahaya..
Yang membias di dinding kalbuku
Menerangi sukma dan jiwaku..
Hingga benderang mengikis temaram
Dari gelap terbitlah terang
Bahagiapun menjelang
Aamiiin ya Rabb...

Jember, 13-2-1993


Keterangan: Puisi ini kutulis sekitar tahun 23 tahun silam, tepatnya menjelang malam tanggal 13 Februari 1993. Waktu itu masih duduk di kelas 2 SLTA. Dan hobbinya baca buku fiktif dan novel serta membuat puisi. Alhamdulillah beberapa puisiku seringkali juara Mading di sekolah (MAN 2 Jember) lumayan hadiahnya peralatan sekolah dan buku. Kebetulan waktu itu masih masa-masa sulit dalam segala hal. Sehingga kehidupan seakan belum berpihak terhadapku. Jauh dari orang tua yang merantau mencari rezeki, dan hidup dalam kondisi serba kekurangan. Saya yakin puisi ini masih mewakili hati yang sedih atau terluka di sepanjang masa.


Read more ...

Pergantian Tahun



Yaah....pupus sudah kenangan masa lalu
Biarlah memori terpendam rapi
Bersama impian dan khayalan

Kini di awal masa
Beriirn terbitnya sang surya
Kan kubuka lembaran baru
Kan kuhiasi warna pelangi
Kan kutulis jejak prestasi
Menyongsong hari penuh arti

Hidup, belajar, berjuang...
Hingga penat lumuri badan
Lumer pekatnya kebodohan
Cair bekunnya perasaan
Hangat senyuman menebar

Supaya hidup hayat di badan
Lega nafas terhembus
Kokoh kaki berpijak
Ringan langkah terbentang
Siaga menerjang rintangan

Masa tahun baru riang
Menyentuh setiap rasa manusia
Menggema di segenap jagat raya
Memercik indah bunga api di angkasa
Mewarnai maya pada

Dari margin terluar hingga ke inti terdalam
Dari pedalaman hingga kota besar
Dari terbawah hingga teratas
Dari sederhana hingga istimewa
Dari sibelia hingga lansia

Semuanya larut dalam suasana
Rayakan hari suka cita
Bertekat sambut isi dunia
Lupakan masalalu tatap masa depan

Seakan alpha bahwa peredaran masa diatur-Nya
Seharusnya hati masih di sanubari
Melihat senyatanya yang hakiki
Terpancar jelas memaknai
Sesungguhnya semesta menangis merajuk
Menegur setiap insan yang seringkali lupa
Keberadaan Tuhannya

                                                                                                01 Januari 1993

Keterangan: Sejak dulu seringkali menulis puisi pada saat momen tertentu. Seperti pada malam tahun baru. Maklum saya tinggal di kampung dengan segala keterbatasan. Sehingga jika ada moment seperti itu, hanya berdiam diri di rumah, dan mendengar kabar keramaiannya saja, tampa mampu menikmatinya. Saya pikir masih banyak yang berperilaku sama.
Read more ...

Balada Rindu



Adalah....

Duka menghantam, kala rindu datang
Adalah....
Suka mendamba, kala cinta bersemi

Senandung rindu
Mengalun berderai
Menghunjamkan segalanya
Takterperikan..

Sesak nafas di dada
Melilit kalbu lumatkan sanubari
Badan gemetar tak henti
Langkah gontai tak terarah
Pikiran melayang menerawang
Jiwa serasa tinggalkan sukma
Perih melanda segenap raga
Terdiam, membisu, terpasung tak bergeming
Hanya....
Sedu sedan tangis
Deras sesenggukan....
Laksana hujan bergumul badai
Tehempas topan dan halilintar
Memporak-poranda cakrawala
Melantakkan panorama

Betapa kuatnya rasa rindu menerjang
Mengikis habis aura kehidupan
Sisakan luka yang teramat dalam

Kerinduan melanda
Kala tak mampu wujudkan
Pertemuan yang amat didambakan
Karena pelipur tak kunjung datang
Karena penawar telah hilang
Karena cinta tak berpaling
Menjauh....tak kembali...

Nanti...di suatu masa
Kan rasakan balada rindu
Yang menyayat pilu
Mematuk kalbu bertalu-talu
Hanya kasih Tuhanmu yang kan bantu
Kembalikan jiwa ragamu
Yang terenggut masa lalu

Terkadang....
Laksana bara api yang membara
Biasnya sinari relung hati
Terangi dinding-dinding organ tubuh ini
Menghangatkan rindu yang membara

Tak terasa suara lirih terdengar
Dari mulut gemetar, dari hembusan nafas
Memanggil dambaan
Hadirlah bayangmu walau temaram
Tampakkan wajahmu walau samar
Hadirlah sesekali dalam lamunan
Jangan pernah sembunyi
Dibalik rona-rona bias penghalang
Apalagi sembunyi di balik mega kelabu
Datanglah kemari
Mendekatlah kepadaku
Senyumlah memandangku
Berserilah menatapku
Rengkuh aku dalam damaimu

Jember, 30-11-1991


Keterangan: pertama kali menulis puisi tenang kerinduan ini sekitar 24 tahun yang lalu. Ketika baru menginjak tahun pertama di SLTA. Sejak saat itu sudah tidak ingat berapa banyak puisi rindu yang telah aku tuliskan. Karena memang banyak kerinduan yang aku alami dalam kehidupan. Cerita kerinduanku pada kedua orang tuaku tercinta, kerinduanku pada sahabat-sahabatku, kerinduanku pada orang-orang yang aku sayangi, kasihi dan cintai. Bahkan kerinduanku kepada berbagai hal yang berkesan selama menjalani kehidupan ini. Seringkali membawa perasaanku pada kesedihan rindu yang teramat sangat. Karena semua yang aku rindukan itu sulit sekali untuk diwujudkan.

Read more ...
Designed By