Find Me

Rabu, 05 April 2017

Mobilicak



Aku lebih suka istilah ini. Karena emang bentuknya dibuat menyerupai mobil, bahkan kemudinyapun seperti mobil, walaupun sepenuhnya digerakkan dengan kaki digowes. Makanya orang Jatim menyebutnya sepeda gowes. Di Jogja ada yang bilang sepeda tandem, atau kereta hias. Karena dinaiki rame-rame digowes bersamaan dan dihiasi lampu warna-warni.
Entahlah tidak diketahui dengan pasti, siapa pertama kali meluncurkan jenis kendaraan hiburan ini. Yang jelas kendaraan mainan ini menyehatkan serta seru dan menyenangkan ini. Menurutku ini adalah hasil kreativitas seseorang setelah lihat & terinspirasi odong-odong. Atau kereta-kereta di jalanan kampung yang dimodivikasi dari mobil-mobil lawas, yang banyak berseliweran di berbagai kampung di kota-kota di Indonesia.
Untuk Mobilicak atau sepeda tandem ini pengembangan dari odong-odong yang khusus diperuntukkan anak-anak. Biasanya berisi dua orang penumpang sampai delapan, yang mengayuh bersama. Dengan dihiasi berbagai lampu yang berwarna-warni. Dan menimbulkan keseruan untuk ditunggangi, apalagi bisa buat photo spot yang menarik, karena kaya akan ornament dan hiasan khas.
Kalau odong-odong biasanya berupa 4 buah boneka berbentuk binatang yang bisa ditunggangi dan dikayuh sepeda serta ada musik anak-anak yang mengiringi sebagai penarik, dan juga berkeliling kampong. Biasanya ada lagu-lagunya anak-anak yang diputar. Maka anak balita mana yang tidak ingin naik odong-odong. Pasti mereka dengan setia menunggu odong-odong lewat di depan rumah. Begitu juga dengan Raisha (anak perempuanku semata wayang). Awalnya dia nggak berani naik odong-odong, waktu itu umurnya baru 2.5 tahun. Setelah usia 3 tahunan barulah ia berani, dan sekali merasakan asyiknya naik odong-odong, wah dia langsung menjadi pelanggan tetap. Sehingga setiap ketemu odong-odong pastilah dia merengek minta naik, walau sekejap. Saat ini, ketika usianya sudah 4.5 tahun, tubuhnya yang bongsor, membuatnya ditolak oleh tukang odong-odong yang bentuk dudukan bonekanya kecil, karena bisa patah kalau dinaikin Raisha. Sedangkan yang besar jarang sekali ada. Jadilah Raisha sendiri sekarang agak malu kalau naik odong-odong. Karena dibilang dia sudah besar. Padahal setiap pagi dan sore ia menjadi pelanggan setia odong-odong yang lewat di depan rumah.
Odong-odong sendiri menurut kovoid.blogspot.co.id. berasal dari Sunda yang berarti sisingaan (berupa sepasang singa boneka) yang dipanggul dan dimainkan sore hari. Biasanya beberapa pemuda memanggul boneka yang diarak di jalan. Dan ada anak kecil yang menungganginya. Dari sinilah kemudian menjadi odong-odong yang dikayuh menggunakan sepeda yang berpedal. Konon sejak awal tahun 2000an, Helicak terus berkembang, dan hingga saat ini sudah hampir seluruh Jawa di setiap alun-alun kota dan pusat keramaian, pasti ada kendaraan ini.
So...jangan lewatkan, kendaraan ini. Karena di setiap tempat keramaian atau tempat wisata, pasti ada kendaraan ini. Bahkan kendaraan-kendaraan ini menjadi ikon-ikon di beberapa tempat wisata dengan cirri kekhasannya masing-masing. Kalau kalian menikmati bersama keluarga atau pasangan, pasti sangat asyik dan seru. Apalagi ini Cuma ada di Indonesia, berbeda sekali dengan kendaraan Thuk-Thuk yang ada di Thailand (digerakkan oleh mesin mobil). Kalau ini pake energy manusia bro. sehat dah pokoknya.
Read more ...

Selasa, 04 April 2017

Pokemon Go



Pada bulan Juli lalu di Facebook, saya pernah membuat status terkait kekawatiran terhadap maraknya game “Pokemon Go”. Kurang lebih status saya adalah begini: Aku sih taunya "POKOKMEN". Tapi bukan itu yang kumaksud. Yang jelas yang namanya game pastilah bukan hanya hiburan tapi juga berdampak addicted (kecanduan) sampai lupa waktu bahkan kehilangan kontak dengan realitas.

Walaupun yang menjadi sasaran empuk generasi yang kesulitan mengisi waktu luang dengan hal positif atau kebanyakan waktu luang. Sehingga iseng main game, mulai solitere sampai game strategic. Hingga yang booming Pokemon. Karena yang main bisa bergerak leluasa mencari Pokemon ke sana ke Mari (dianggap lebih menantang). Tapi semuanya gak bisa dibiarkan begitu saja. Wong Dari adidicted nya saja udah masuk kategori gangguan jiwa.

Sebenarnya di era kemajuan teknologi ini. Kita gak usah kebakaran jenggot. Justru harus semakin menambah kemampuan literacy media kita. Karena sudah satu paket teknologi akan dibarengi konsekuensi.

Dulu ketika nonton filmnya Will Smith "Enemy Of The State". Udah kebayang bagaimana kamera satellite 3D mampu menampilkan seluk beluk dimana kita berada. Bahkan dalam gambar empat dimensi. Wong google map & earth aja sekarang udah semakin canggih. Dengan jumlah kamera yang sangat luar biasanya.
Ilustrasi ini seharusnya menyadarkan kita, bahwa dunia cyber akan begitu kuat menggerus segenap tatanan yang ada, di samping kebermanfaatannya tentunya. Mungkin dalam seminggu ke depan akan bermunculan spanduk dan tanda "TIDAK BOLEH MENCARI POKEMON DI TEMPAT INI". Lucu juga kalo di tempat-tempat tertentu ketambahan tanda-tanda ini. Jelas gak efisien.

Bagiku itu tidaklah cukup. Akan sama dengan pornografi di internet yang sampai sekarang terus mengalir. Tampa campur tangan pemerintah mengblock segala hal yang mengancam bangsa. Baik ancaman terhadap moral, keamanan dan stabilitas. Kalo ternyata negara tidak mampu bersikap tegas melarang. Berarti tinggal kita secara sadar menguatkan karakter bangsa melalui nilai-nilai agama dan kearifan lokal. Karena kalo kita punya karakter, sedikit banyak akan mampu mengcounter segala serangan yang ada. Minimal mencegah generasi alay yang hanya suka latah, tanpa paham esensi dan substansi.

Ke depan mungkin akan banyak hal krusial dan berbahaya yang melebihi Pokemon ini seiring kemajuan teknologi. Makanya kita harus siap. Sehingga memiliki imunitas yang kuat terhadap kemungkinan yang mengancam.

Ternyata apa yang saya kawatirkan tidaklah seluruhnya benar. Karena ternyata game ini tidak menjadi trend yang lama. Hanya-gamer-gamer tertentu saja yang memang suka. Ternyata factor minat dan kegemaran juga berperan untuk memainkan game ini. Karena ternyata tidak semua remaja dan orang dewasa jadi keranjingan game ini. Artinya dalam banyak hal ternyata, kembali ke trend dan segmennya masing-masing. Kemunculannya hanya sensasional membuat banyak orang ingin mencoba, tetapi lama-kelamaan banyak yang tidak bertahan lama. Tinggal yang maniak-maniak saja.

Maka, larangan main pokemon go, di beberapa tempat, ternyata juga tidak meluar, orang sudah tidak membicarakan monster-monster lucu atau memburunya. Hal ini bisa dilihat dari sekeliling kita, di banding awal kemunculannya. Apalagi pemberitaan di media juga sudah tidak terdengar lagi. Sebagaimana yang diberitakan di Kompas, bahwa di awal peluncurannya pada Juli lalu, Pokemon Go langsung menyita perhatian global. Game keluaran Niantic dan Nintendo itu dimainkan berbagai kalangan, baik muda maupun tua, masyarakat biasa hingga selebritas papan atas. Puncak kejayaan Pokemon Go tercatat pada pertengahan Juli lalu. Jumlah pengguna aktif hariannya kala itu berada di kisaran 45 jutaan. Setelah itu, grafiknya mulai menurun.

Menurut data Apptopia yang dikutip KompasTekno dari Ubergizmo, Rabu (24/8/2016), pengguna aktif harian Pokemon Go saat ini tinggal 30 jutaan. Tak ada tanda-tanda grafik itu bakal mendekati angka 45 jutaan lagi. Meski demikian, Pokemon Go masih tercatat sebagai game mobile paling populer saat ini. Hanya saja, tren penurunan yang tercatat mengindikasikan masyarakat luas mulai jenuh dengan game berbasis augmented reality tersebut.
Hal ini sesuai dengan prediksi beberapa pengamat di kala Pokemon Go masih di atas angin. Menurut mereka, kesuksesan instan yang diperoleh Pokemon Go bisa jadi tak bertahan lama. Pasalnya, masyarakat di era teknologi mudah terpengaruh penyebaran informasi di internet. Ketika banyak yang membicarakan Pokemon Go, orang-orang bakal tergerak untuk mencoba permainan tersebut.

Lama-kelamaan, bakal tersaring sendiri pemain Pokemon Go sejati dan yang hanya ikut-ikutan. Hal ini yang perlu dipikirkan lebih lanjut oleh Niantic dan Nintendo. Di industri teknologi, para pelaku dituntut untuk terus berinovasi. Pokemon Go pun telah beberapa kali diperbarui agar pengguna tak bosan dan kualitas permainan lebih baik. Pembaruan itu antara lain dari segi antarmuka dan performa game. Niantic telah sesumbar bakal meluncurkan beberapa fitur baru yang menambah keseruan Pokemon Go.

Read more ...

Senin, 03 April 2017

Tanpa Judul



Enggan beranjak abaikan senja di sini....
menghirup sejuknya bayu merayu..
menatap lembayung jingga belai padi menguning...
tunggu mentari tenggelam sambut pagi menjelang...
deretan perbukitan berbaris tunggu giliran
memadukan mega dan bianglala tertata...
bayangkan....

sembari duduk di beranda 
nikmati hangat suguhan pisang goreng temani secangkir kopi
bukankah istimewa suasana ini semua..
tak juga semenit, sedetikpun tak ingin ku pergi...
hingga tibapun nanti...
renungan terlintas silih berganti
tersusun rapi penuh arti
serasa terajut, mengalun syahdu
penuhi relung jiwa 
damai
Read more ...

BALINESIA


Setiap perjalanan pastilah punya cerita yang bisa dibagikan kepada siapapun. Tak lengkaplah rasanya jika itu semua menghilang begitu saja, tinggal kenangan yang kemungkinan besar akan hilang tertutupi oleh pengalaman perjalanan lainnya. sebagaimana perjalananku ke pulau Dewata, satu di antara sekian banyak destinasi yang pernah kulakukan sepanjang hidupku.
                Perjalananku ke pulau ini syarat dengan kenangan yang di dalamnya ada cinta dan hasrat serta pertemanan yang hangat sampai ikatan emosional dengan tempat-tempat di bali, bahkan pengalaman mistis juga ada. semua ceritaku kutuangkan dalam karya kompilasi bersama mahasiswaku. 
                Pulau Dewata sebutan lain untuk pulau Bali. Pulau yang syarat cerita, apalagi bagi yang pertama kali mengunjungi pulau ini. Jangankan menginjakkan kaki di tanah Bali, atau saat tiba di pelabuhan Gilimanuk. Waktu di Ferri penyeberanganpun kita sudah disuguhi pengalaman magis perubahan waktu dari WIB ke WITA. Apalagi kalau malam hari. Terasa banget keunikan ini, saat kapal penyeberangan ini berputar mengikuti arah menghindari gelombang menuju bibir dermaga Gilimanuk. Saat itu pula seringkali waktu di jam tangan kita sering berubah-rubah. Misalkan dari jam 01.00 jadi jam 02.00 begitu seterusnya, hingga kapal benar-benar merapat di dermaga.
Saat menuruni tangga kapal hidung kita sudah mencium aroma khas pulau Bali. Aroma yang tidak akan kita temukan di tempat lain. Hal ini akan kita rasakan jika ini adalah pengalaman pertama menghirup udara pulau ini. Sulit digambarkan dengan kata-kata, hanya bisa diidentifikasi secara nyata oleh indra penciuman kita. Terasa laksana perpaduan antara hawa kuburan dan hawa dingin sedikit berbau khas yang samar, yang menghasilkan aroma magis sehingga sedikit membuat bulu roma dan kuduk merinding untuk beberapa saat. Yang jelas sangat berbeda ketika kita masih berada di pulau Jawa atau di sisi lain pulau ini di dermaga Ketapang Banyuwangi.
Bagiku nuansa aroma mistis ini memang sudah tidak sekuat dulu waktu pertama kali ke mari. Tapi, walaupun udah keempat kalinya ke Bali, tetap saja nuansa magis ini masih kurasakan. Apalagi, ingatanku kembali ditarik ke cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat bahwa Pulau Bali adalah pulau yang syarat dengan misteri dan harus berhati-hati jika berada di pulau ini. Mitos-mitos seperti, jangan buang air di sembarang tempat, atau menjemur pakaian dalam di sembarang tempat juga harus hati-hati, karena bisa kerasukan atau diganggu makhluk asral. Mulai dari jin hingga yang paling populer dikunjungi si “Leak” atau “liya ak” (identik dengan makhluk berwajag seram dengan gigi bertaring dengan berbalut kain kotak-kotak hitam putih), bukan hanya Mitos belaka, walaupun saat ini semakin sedikit, kecuali daerah Bali pedalaman semacam Sanur. Tetapi, siapa yang berani bermain-main dengan makhluk asral ini. Silahkan coba langgar pantangannya.
Cerita-cerita semacam itu sudah lama sekali saya dengar dari masyarakat, khususnya dari orang-orang yang pernah ke pulau Bali. Bahkan pernah tersiar kabar kalau seorang perantau di daerahku Jember, pernah kehilangan alat kelaminnya, dan anehnya setelah nyeberang kembali ke pulau Jawa, atau nyampai di pelabuhan Ketapang, alat kelaminnya bisa kembali. Banyak lagi cerita-cerita mistis yang berkembang di masyarakat yang pernah merantau di pulau Bali.  Ya.. karena daerahku Jember cukup dekat dengan pulau Bali. Hanya dipisah satu kabupaten yaitu Banyuwangi, sehingga dari Jember ke Bali hanya butuh kurang lebih tiga jam.
Kalau boleh flash back, pertama kali aku ke Bali, tepatnya pada 1992 silam. Waah kenangan itu kembali hadir, saat kaki ini kembali memijak bumi Bali. Waktu itu masih baru kelas dua SLTA (Sekolah Lanjutan Atas). Kebetulan punya teman akrab di pondok yang rumahnya di Bali, tepatnya di Negare. Dari teman inilah aku mulai mengenal Bali, hampir setiap sudut Bali ia ceritakan. Tentunya berdasarkan prespektif dia, orangnya juga emang suka cerita. Jadilah cerita tentang Bali komplit mulai kondisi masyarakatnya, hingga tradisi dan daya tarik Bali, ia ceritakan disertai bumbu yang secara tidak langsung meracuni hasratku untuk mengunjunginya. Jadilah kita berempat ber back packer ria dari Jember naik kereta turun di stasiun Ketapang trus naik kapal penyebrangan sampai Gilimanuk. Dari sana naik angkutan umum, semacam angkot yang ukurannya seperti Colt atau minibus, menuju Negare. Singkat cerita, kurang lebih seminggu di Negare kita balik ke Jember. Satu hal yang juga berkesan pada kunjungan pertama ini adalah, mengenal “pasar senggol” adalah pusat makanan yang bukanya di atas jam 21.00 malam, dimana banyak sekali gerobak-gerobak makanan yang menjual makanan camilan dan nasi bungkus seukuran nasi kucing (kalau di Jogja). Ya, pasar senggol ini hampir sama dengan akringan di Jogja, karena menu-menu yang ditawarkan hampir sama. Pasarnya rakyat kecil yang bisa membantu orang kelaparan tengah malam. Atau duduk-duduk sambil ngopi dan ngobrol adalah hal yang sangat mengasyikkan. Bahkan pada kunjunganku kali ini, aku sempatin mampir ke pasar senggol di Denpasar, diajak temanku yang sudah jadi seniman lukis dan menetap di Bali.
Kedekatan Jember dengan Bali menyebabkan banyaknya warga Jember yang merantau mengadu nasib di sana. Hal ini berlangsung sejak tahun 80-an. Dimana pada masa itu hingga 90-an adalah masa kejayaan Bali, karena dunia internasional lebih mengenal Bali daripada negaranya Indonesia. Sehingga banyak sekali masyarakat dunia yang berkarya wisata ke pulau ini. Dengan banyaknya turis yang hadir di pulau ini, otomatis telah merubah berbagai tatanan di Bali. Khususnya perekonomian warganya semakin baik. Dan Dollar menempati sisi terbaik di sini. Sehingga segala harga apapun berdasar standar Dollar. Dengan daya tarik ekonomi yang tinggi inilah mengundang wisatawan domestik datang merantau untuk mengadu nasib. Dan daerah terbanyak yang merantau di sini, tentu kabupaten-kabupaten terdekatnya. Kalau di Jawa, pastilah Banyuwangi dan Jember, serta beberapa kabupaten lainnya di Jawa Timur.
Sebenarnya saya baru menemukan jawaban, atas pertanyaan saya selama ini tentang Bali. Mengapa Bali pada saat dekade 80-90an lebih dikenal daripada negaranya sendiri Indonesia. Bahkan Bali menjadi tujuan wisata dunia. Entah ini benar atau tidak, saya menemukan pernyataan yang sedikit menggelikan termasuk takjub. Bahwa, ditengarai ketertarikan negara-negara Eropa terhadap Bali pada awalnya, adalah dipicu oleh fakta bahwa gadis Bali dulunya cara berpakaiannya dengan bertelanjang dada. Waaah, bisa dibayangkan dong eksotisme yang ditampilkan gadis Bali ini. Kita khan tahu, mereka biasanya hampir setiap saat mengadakan ritual keagamaan, dengan keluar rumah menjunjung sesajen berupa gunungan bermacam-macam seperti buah-buahan di atas kepala mereka. Coba kita bayangkan mereka berjalan rapi beriringan menyungging gunungan dan bawa “canang” (media sembahyang), dengan tangan ke atas dan dada terbuka. Waaah, pastilah eksotis sekali. Naaah, inilah yang pada awalnya mengundang wisatawan Eropa hadir di Bali, sehingga lambat laun Bali menjadi terkenal di dunia.
Cerita tentang Bali memang tidak akan ada habisnya, karena bukan hanya panorama alamnya, tetapi juga kehidupan masyarakatnya yang unik dan khas. Kuatnya kultur budaya yang dikendalikan oleh hukum adat, menyebabkan tatanan setiap segi kehidupan masyarakat Bali diatur berdasarkan norma-norma adat. Biasanya pemuka adat dipangku oleh orang yang dianggap linuwih dan mampu memberikan solusi setiap permasalahan yang dihadapi warganya. Kehidupan masyarakat Bali tidak lepas dari ritual keagamaan, hampir setiap hari para wanita membuat “canang” berbagai bahan untuk sembahyang dan pemujaan. Dan setiap segi kehidupan baik diri dan lingkungan masyarakat ditanyakan pada pemangku adat. Jadi adat memegang kendali utama pada kehidupan masyarakat Bali.
Okay....kembali pada awal kita menginjakkan kaki di tanah Bali tadi. Jadi, kita biasanya akan berdoa dulu selepas menginjakkan kaki di tanah Bali, baik secara bersama maupun dalam hati terus memohon agar dijauhkan dari marabahaya dan godaan jin serta syetan laknatullah. Selepas itu kita akan terbiasa. Karena semakin dalam kita masuk ke bagian pulau ini akan cair dengan sajian panorama syarat keindahan.
Setelah memijakkan kaki dan menapakkan langkah semakin kita beranjak menjauh dari dermaga Gilimanuk dan perlahan masuk dengan jalan kaki kemudian berkendara. Maka kita akan semakin sulit memejamkan mata. Rentetan panorama yang bertubi akan memenuhi indra visual kita. Godaan pemandangan benar-benar menakjubkan. Bahkan letihnya badan dan lelahnya pikiran kembali fresh larut dalam ilustrasi alam kreasi sang pencipta, lebur dengan tatanan manusia yang rapi, eksotik kental ritual tradisi. Kitapun akan terbiasa mendengar percakapan khas bahasa Bali (sepintas terdengar antara perpaduan Jawa dengan pedalaman), tapi yang pasti kita akan terbawa untuk melafalkan huruf “t” dengan posisi di ujung lidah. Sehingga kedengarannya jika bicara pada kata atau kalimat yang bermuatan “t” akan terdengar belum tuntas, seakan tertahan. Tapi hal itu terdengar indah di telinga.
Tergantung jalur mana yang akan ditempuh, serta lokasi destinasi wisata mana yang akan dituju. Jika tujuannya menyisiri daerah pulau Bali di perkotaan, kemudian mengarah ke pusat pulau Bali, yakni Denpasar dengan Pantai Kutanya. Pastilah, di sepanjang jalan kita akan disuguhi kehidupan mayarakat Bali melalui bangunan dan ornamen-ornamen yang melingkupinya. Di setiap pertigaan atau perempatan kita akan disuguhi patung-patung mega besar para dewa-dewa masyarakat Bali, hingga ke Ngurah Rei. Bahkan dulu ketika untuk ketiga kalinya ke Bali pada tahun 1997, kita sempat berfoto-foto ria di hampir setiap patung tersebut. Karena jalan-jalan di kota Bali pada tengah malam di atas jam 12.00, kondisi jalanan sangat sepi, sehingga kami leluasa menikmati dan berfoto ria di sana. Jika kita menyususri daerah luar, maka bentangan pantai yang indah di sepanjang tepi pulau seperti Ulu Watu, Sanur, dan Nusa Dua. Belum lagi danau dan perbukitannya, seperti Bedugul dan Khintamani adalah daya tarik natural yang sulit diabaikan karena eksotismenya menawarkan berbagai ragam keindahan yang takkan cukup 1000 halaman kwarto untuk menceritakannya.
Belum lagi nuansa pedesaan dengan deretan rumah yang tertata rapi seragam dalam nuansa relief pagar dan gapura lengkap dengan media pemujaan di setiap sudutnya yang berhiasan ijuk hitam di atasnya berselempang kain kotak bercorak hitam putih. Terasa sekali nuansa magis sakral namun damai dalam kentalnya adat dan keagamaan. Dengan latar belakang persawahan yang pada beberapa sudutnya juga ada media pemujaan bagi sang Hiyang Widi Wasa. Menyatu dengan rigidnya sistem subak sebagai pola irigasi pada setiap pematang sawah yang berjejer betalam-talam laksana hierarki indah yang memuaskan mata memandangnya, menggoda kaki ingin menapaki wanginya khas tanah yang alami. Berjalan, berlari dan bermain dengan basahnya tanah persawahan yang terbentang.
Sesekali sepanjang perjalanan kita akan disuguhkan pure-pure yang sangat indah dengan ornamen-ornamen dewa, bunga dan binatang yang tergores secara presisi penuh imaginasi melarutkan logika dalam arus sakralitas bermakna. Baiklah, mungkin ada baiknya kita kategorisasi berbagai nuasa yang dimiliki pulau Bali ini.
Pada kunjunganku kali ini, walaupun berawal dari candaan mahasiswa angkatan 2013 yang bermain ke rumah. Hingga ide mereka saya suruh realisasikan dengan membentuk kepanitiaan, dan berhasil berankat kali ini. Jelas berbeda dengan sebelumnya. Karena bukan hanya sekedar rekreasi atau melancong semata, tetapi juga bertanggungjawab mendampingi mahasiswa studi banding di dua lembaga rehabilitasi. Maka tujuan ini harus tercapai dan terlaksana dengan baik, bukan sebaliknya. Jalan-jalannya yang berhasil tetapi tujuan utamanya malah di luar sekenario. Waah, ini bisa jadi kenangan yang cukup getir.
 kalau mau tau lebih jauh ceritaku, bisa beli dong bukunya....BALINESIA

Read more ...
Designed By